Biologi molekuler atau genetika molekuler adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi dari organisme ditinjau dari struktur dan regulasi molekuler dari komponen penyusunnya (Yuwono, 2006). Dogma sentral dalam biologi menjelaskan bagaimana informasi genetik disampaikan di dalam sel, yang meliputi rangkaian proses perubahan dari molekul DNA (Deoxyribonecleic Acid) menjadi RNA (Ribonucleic Acid) atau proses transkripsi, kemudian perubahan dari RNA menjadi protein atau proses translasi.
Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah polimer nukleotida yang berperan dalam penyimpanan dan pewarisan informasi genetik di dalam sel. Satu nukleotida terdiri dari tiga bagian, yaitu basa nitrogen, molekul gula dan gugus fospat. Basa nitrogen dapat berupa basa Purine (Adenine dan Guanine) atau Pirimidin (Tymine dan Cytosin). Struktur DNA berbentuk double helix atau rantai ganda berpilin. Struktur molekul DNA pertama kali diungkapkan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 berdasarkan atas foto sinar X yang dibuat oleh Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins (Yuwono, 2006). Ribonucleic Acid (RNA) berbeda dengan DNA dilihat dari molekul gula penyusunnya. RNA menngunakan gula ribose, beratai tunggal dan basa nitrogen T diganti menjadi U (Urasil).
Mutasi adalah perubahan yang terjadi dalam susunan DNA yang disebabkan karena beberapa hal, seperti kesalahan dalam duplikasi sel, radiasi, mutagen atau infeksi virus. Gen adalah sekuen dari DNA atau RNA yang merupakan unit dasar dari penurunan sifat dalam sel. Gen berada dalam DNA atau RNA yang mengkode hasil sintesa dari produk gen, baik berupa RNA atau protein. Penanda genetik adalah gen atau sekuen DNA yang berada dalam kromosom yang digunakan untuk mengidentifikasi individu atau spesies.
Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi berantai polymerase adalah sebuah teknik perbanyakan urutan DNA melalui proses enzimatik yang dilakukan secara in vitro (Sambrook and Russell, 2001). Teknik ini menggunakan sepasang oligonukleotida pendek (primer) sebagai cetakan untuk mengkopi dan memperbanyak bagian tertentu dari DNA target. Sebelum melakukan proses PCR, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan ekstraksi DNA dari dalam sel.
Fungsi dari ektraksi DNA adalah mengeluarkan DNA dari dalam sel. Pertama-tama dinding sel dihancurkan dengan beberapa metode, seperti pemanasan, sonifikasi, tekanan osmosis, atau digerus secara manual. Kemudian, membran lipid dipisahkan dengan menggunakan sejenis detergen atau SDS (Sodium Dodecyl Sulfate), dan Protein dihilangkan dengan menggunakan enzim Proteinase-K. Pada proses selanjutnya, ethanol digunakan untuk memisahkan DNA dengan bahan-bahan sel lainnya. Pada akhir proses ekstraksi, DNA akan dilarutkan di dalam air (H2O) dan siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Hasil amplifikasi PCR kemudian dibaca dengan menggunakan metode elektroforesis gel, yang merupakan teknik untuk memisahkan DNA berdasarkan ukuran berat molekul dan struktur fisik molekulnya. Molekul DNA yang bermuatan negatif, jika diletakkan dalam medan listrik, akan bergerak melalui gel agarosa menuju kutub positif. DNA akan diberi warna menggunakan pewarna flouresence yang akan berikatan dengan fragmen DNA dan akan berpendar di bawah cahaya LED (Light Emitting Diode), sebagai tanda bahwa DNA telah teramplifikasi dalam proses PCR.
Proses sekuensing dimaksudkan untuk membaca urutan nukleotida dari sekuen target DNA yang sudah diamplifikasi. Metode yang dipakai saat ini, dikenal dengan metode Sanger Sequencing yang ditemukan oleh Federick Sanger pada tahun 1977. Metode ini menggunakan metode cycle sequencing. Pada prinsipnya, proses yang terjadi di dalam sekuensing merupakan proses yang hampir mirip dengan proses yang terjadi di dalam PCR, yaitu adanya tahapan denaturation, annealing, dan extension. Perbedaan dari kedua proses ini terdapat pada adanya bahan tambahan yang disebut ddNTPs (dideoxyribonucleotides). ddNTP merupakan dNTP yang dimodifikasi dan kehilangan salah satu gugus OH-nya. ddNTP ini akan menempel pada ujung 5’ dari tiap fragmen nukleotida dan akan menghentikan proses pemanjangan DNA. ddNTP ini akan terbaca pada mesin sekuensing karena bahan ini dilabel dengan radioaktif atau pewarna flouresence (Sanger and Coulson, 1975; Sanger et al., 1977).
Next Generation Sequencing (NGS) adalah teknik sekuensing (pembacaan urutan DNA) terbaru setelah Sanger Sequencing. NGS menggunakan teknologi high-throughput DNA sequencing (HTS) yang dapat membaca atau men-sekuen jutaan molekul DNA dalam satu waktu secara bersamaan.
Perbedaan Sanger Sequencing dengan NGS adalah Sanger sequencing hanya dapat mensekuen satu fragment DNA dalam satu waktu. Sedangkan NGS dapat mensekuen jutaan sekuen secara bersamaan dalam satu waktu.
Ada dua pendekatan dalam metode NGS:
Kapan kita menggunakan Sanger atau NGS:
Beberapa istilah dalam teknik NGS:
Sambrook, J., and Russell, D. W. (2001). Molecular cloning: a laboratory manual. Cold Spring Harbour.
Sanger, F., and Coulson, A. R. (1975). A rapid method for determining sequences in DNA by primed synthesis with DNA polymerase. Journal of Molecular Biology, 94(3).
Sanger, F., Nicklen, S., and Coulson, A. R. (1977). DNA sequencing with chain-terminating inhibitors. Proceedings of the National Academy of Sciences, 74(12): 5463–5467.
Yuwono, T. (2006) Biologi Molekular. Penerbit Erlangga. Pp. 269.
Lihat halaman depan web ini untuk mendapatkan detail tentang hak cipta atau lihat di tautan berikut