DNA Barcoding adalah cara untuk mengidentifikasi organisme atau spesies menggunakan sekuen DNA pendek dari gen spesifik yang dipilih sesuai taxa yang diidentifikasi. Pada metode DNA Barcoding, sekuen pendek DNA dari gen tertentu akan diamplifikasi atau diperbanyak dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Kemudian, hasil sekuen akan dibandingkan dengan database untuk melihat kesamaan urutan sekuen sekaligus mengidentifikasi organisme atau spesies. Pada intinya, susunan DNA yang unik pada setiap organisme atau taxa, digunakan sebagai penanda spesifik atau “Barcode” untuk menentukan jenis organisme.
Analisis DNA Barcoding memerlukan penanda genetik atau marker yang sesuai dengan taxa yang akan diidentifikasi. Penanda genetik yang dipilih umumnya adalah gen yang bersifat variable (gen yang susunan DNA nya cenderung berubah-ubah melalui mutasi) untuk bisa membedakan satu organisme dengan organisme lainnya. Jika penanda genetik yang dipilih adalah lokus dari gen yang conserved atau jarang berubah, maka kemungkinan akan sulit mengidentifikasi atau membedakan spesies satu dengan spesies lainnya. Penanda genetik yang conserved umumnya adalah gen yang mengkode protein (protein coding), karena perubahan atau mutasi pada susunan DNA nya menyebabkan perubahan susunan protein yang dapat mengakibatkan perubahan regulasi protein pada tubuh yang kadang bersifat letal. Sebagai contoh, gen 16S rRNA. Penanda genetik ini merupakan gen yang conserved untuk mengidentifkasi eukaryote secara umum tetapi cukup variable bagi mikrobia. COI (cytochrome c oxidase subunit 1) merupakan penanda genetik yang cukup baik digunakan pada eukaryote, sedangkan untuk mikrobia adalah 16S rRNA (Hebert., et al. 2003a; Hebert., et al. 2003b; Bucklin., et al. 2011). Pada beberapa taxa, misalnya coral, penanda genetik terbaik adalah ITS (Internal Transcribe Spacer) dan untuk tumbuhan, DNA yang umumnya digunakan adalah DNA chloroplast (Lucas., et al. 2012; Nguyen., et al. 2015). Untuk itu, sebelum memulai penelitian menggunakan DNA Barcoding, salah satu hal pertama yang harus ditentukan adalah penanda genetik atau marker yang akan digunakan.
Langkah pertama setelah mendapatkan sekuen yang telah di edit adalah membandingkan sekuen tersebut dengan database untuk menentukan jenisnya. Database yang umumnya digunakan adalah NCBI (The National Center for Biotechnology Information; https://www.ncbi.nlm.nih.gov). NCBI menyediakan database yang dapat diakses oleh publik dan mempunyai sebuah program yang disebut BLAST (Basic Local Alignment Search Tool; https://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi). BLAST dikembangkan untuk menganalisa kesamaan antara sekuen-sekuen DNA. Program ini membandingkan sekuen nukleotida atau sekuen protein dengan sekuen yang tersedia di database dan mengkalkulasi signifikansinya secara statistik.
Data – Open a File/Session – Pilih fasta file (Latihan_barcoding_1.fasta) – Open – Analyze or Align File? – Align
BLAST selected sequence(s)
– Ini akan membawa kita ke halaman NCBI-BLAST.Somewhat similar sequences (blastn) - klik tombol BLAST
.Tahap selanjutnya dalam menganalisis data DNA barcoding adalah menghitung jarak genetik dan visualisasi data yang dapat ditunjukkan sebagai pohon filogenetic. Kita akan mengikuti alur seperti workshop sebelumnya tentang editing sekuen, tetapi dengan contoh data yang berbeda (Latihan_barcoding_2.fas).
Bukalah file “Tugas_barcoding_1.fasta”, kemudian lakukan BLAST terhadap masing-masing sekuen dan masukkan sekuen yang paling mirip dengan masing-masing sekuen ke dalam sebuah fasta file dan mega file (untuk ke-lima sekuen). Cobalah membuat jarak genetik (simpan dalam bentuk excel), dan pohon filogenetik menggunakan Neighor Joining (simpan dalam bentuk newick tree). Jika ada yang belum jelas, silakan menghubungi tim pengajar.
Lihat halaman depan web ini untuk mendapatkan detail tentang hak cipta atau lihat di tautan berikut.
Bucklin A, Steinke D, Blanco-bercial L (2011) DNA Barcoding of Marine Metazoa. Annu Rev Mar Sci 3:471–508
Hebert PDN, Cywinska A, Ball SL, Jeremy R, B PRSL (2003a) Biological identifications through DNA barcodes. Proc R Soc B Biol Sci 270:313–321
Hebert PDN, Ratnasingham S, Waard JR De, B PRSL, Jeremy R (2003b) Barcoding animal life: cytochrome c oxidase subunit 1 divergences among closely related species. Proc R Soc B Biol Sci 270
Lucas C, Thangaradjou T, Papenbrock J (2012) Development of a DNA barcoding system for seagrasses: Successful but not simple. PLoS ONE 7(1): e29987
Nguyen XV, Höfler S, Glasenapp Y, Thangaradjou T, Lucas C, Papenbrock J (2015) New insights into DNA barcoding of seagrasses. Syst Biodivers 13(5):496-508
Lihat halaman depan web ini untuk mendapatkan detail tentang hak cipta